Sekitar 5 tahun yang lalu, saya datang ke Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya, membawa stop map berisi lamaran untuk menjadi dosen di jurusan (favorit) tersebut. Saya masih ingat, langkah awal yang harus dilalui adalah test tulis, untuk menguji pengetahuan tentang ke-teknik industri-an, fase ini saya lewati dengan mulus, karena meski tidak terlalu pintar, kalo sekedar menyelesaikan soal ke-TI-an, ya godir #jujur. Fase berikutnya adalah wawancara. Sebenarnya, fase ini sungguh menakutkan bagi saya, karena saya sadar sepenuh hati, saya termasuk orang yang "tidak sama" dengan orang kebanyakan, baik dari level ketampanan hingga cara pikir untuk menyelesaikan masalah.
Sederhananya begini, di dalam, isinya orang pinter semua, maka wajar kalo mereka hanya mencari orang pinter untuk direkrut menjadi anggota tim. Ketika ada orang cerdas atau kreatif yang ingin masuk, tentunya ga bakalan cocok. Hingga ada sebuah kritik yang sungguh mengena, bahwa civitas akademika dari sebuah institusi pendidikan seakan terjebak dengan membentuk siswa menjadi seperti "dirinya" alih alih mengembangkan kemampuan siswa menjadi insan madani. Kembali ke wawancara, saya dihadapi oleh dua orang guru besar (Professor) yang memang luar biasa dari segi keilmuan. Salah satunya, saya dulu mengikuti 7 kuliah beliau dengan pencapaian terbaik nilai BC. Saya menganggapnya hanya kurang beruntung sahaja.
Dari pandangan awal ketika masuk ruangan, saya sudah tahu bahwa proses wawancara ini hanyalah formalitas dari jawaban yang sudah pasti. Saya menyadari, memang saya sering memicu kontroversi semasa kuliah dulu. Setelah saya ingat, saya pernah membikin muka beliau2 merah padam ketika saya memberikan sambutan kepada orang tua wisudawan dengan bersandal jepit, rambut panjang nyaris sepinggang dan blm mandi. Okelah saya pasrah akan hasil wawancara ini dan ternyata benar, saya ditolak!. Hati saya sedih, sambil berbisik dalam hati, saya akan kembali kesini suatu saat nanti.
Subhanallah, Maha Suci Allah yang Maha menghibur makhluknya, akhirnya kesempatan untuk "kembali" benar benar diatur oleh-Nya. Saya diundang akan sharing tentang internet marketing di jurusan tersebut. Saya sungguh bahagia, dan membuka semua kenangan lama dan yang paling mengusik hati adalah keinginan lama untuk menjadi pengajar muncul kembali.
Ya Allah, mudah mudahan.
asyik om, ayo di bagi dong ilmu internet marketingnya
BalasHapus